Senin, 08 September 2014

Cara Mengatasi Demam Panggung

Ada beberapa pertanyaan yang terlontar dari beberapa sahabat tentang cara saya mengatasi “demam panggung” saat saya harus mempertunjukan aksi mentalis saya di panggung atau di depan penonton. Mungkin tulisan ini (yang saya susun berdasarkan pengalaman pribadi) dapat memberikan gambaran singkat tentang mengatasi demam panggung yang biasa dialami oleh setiap pekerja panggung (PERFORMER -entah itu pemusik, penari, pemain teater atau bahkan pesulap-).


Kita sebagai pekerja panggung sering mengalami hal yang satu ini “Demam Panggung”, hal ini tidak tergantung pada jam terbang si pekerja panggung itu, seorang pekerja panggung yang sudah makan asam garamnya menyajikan pertunjukan di atas panggung masih tetap mengalami permasalahan ini, karena setiap kali hendak naik panggung timbul perasaan “nervous” atau grogi dan berujung pada tindakan atau aksi panggung yang tidak jelas. bagaimana mengatasinya itu ?



Berikut adalah tips untuk menangani rasa grogi itu:

1.Pahami bahwa perasaan grogi adalah energi positif.
Apa yang dirasakan saat grogi? Dada berdebar-debar,​ keringat dingin mengucur, bibir bergetar, dan darah seolah mengalir lebih cepat. Pahami bahwa semua itu adalah sebuah dorongan energi yang meluap dari dalam diri kita. Tidak ada yang salah pada energi itu. Ia perlu disalurkan secara positif. Ia semestinya menjadi bahan bakar yang mendorong presentasi kita lebih baik. Kita bisa menggunakan energi itu untuk memantapkan penampilan kita. Dan biasain sedikit bergoyang supaya semuanya jadi stabil.
 

2.Bersikaplah nothing to loose.
Keinginan kita untuk bersikap sebaik-baiknya mendorong munculnya perasaan grogi. Secara negatif, pikiran kita biasanya terbebani oleh ketakutan untuk membuat kesalahan, kekhawatiran akan gagal, kecemasan bila melakukan kekonyolan, dan berbagai bayangan-bayang​an negatif lainnya. Sebelum kita bisa menggunakan energi grogi itu secara positif, maka terlebih dahulu kita harus menetralisir emosi-emosi negatif tersebut. Bersikaplah “nothing to loose”; tak sesuatu yang patut kita takutkan. Bila toh kita gagal, maka tidak sesuatu yang harus menjadikan kita begitu kehilangan.
 

3.Tenangkan diri.
Sementara kita menunggu giliran, atur nafas. Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan lambat-lambat. Keluarkan energi yang meletup-letup dalam dada anda melalui hembusan nafas yang teratur. Tenangkan pikiran dan emosi. Bila perlu pejamkan mata. Kumpulkan energi itu sebaik-baiknya.​ Jangan biarkan mengganggu ketenangan jiwa.
 

4.Kerahkan energi.
Lepaskan energi itu dari “kekangannya” . Bila para audiens memberi appalus pada penanpil sebelumnya, maka kerahkan energi dengan memberikan applaus yang tak kalah meriah. Berdirilah dengan sigap. Berjalanlah dengan tegap dan mantap. Bila perlu hembuskan nafas lepas sambil berteriak kecil, “yes”. Atau turut bertepuk tangan menyambut applaus dari audiens. Lakukan apa-apanya dengan sikap tegas. Biarkan energi itu mengalir dalam gerakan.
 

5.Berbicaralah dengan keras dan lantang.
Bila kita berbicara lambat, maka bibir kita akan semakin gemetar, suara pun bergetar. Salurkan rasa grogi melalui suara yang keras dan lantang. Suara keras bukan hanya dapat mengatasi kecemasan, namun jugasarana menyalurkan energi tersebut. Ada baiknya menghafal teks pertama, namun tetap bersikap wajar.
 

6.Diam.
Kita dapat menyalurkan ketegangan dalam diri pada para audiens, yaitu dengan memulai presentasi dengan diam beberapa detik. Biarkan ketegangan terserap dan jadi ketegangan audiens. Bila merasa ketegangan di audiens sudah cukup meninggi, mulailah pertunjukan dengan sebuah pembukaan yang kuat, tajam dan lantang.
 

7.Lontarkan humor yang wajar.
Lenturkan kegugupan dengan sebuah humor yang wajar. Kita memang perlu merencanakannya​ dengan baik, namun jangan sampai kehilangan spontanitas. Dan, humor terbaik yang tidak akan melukai perasaan siapa pun adalah humor tentang diri kita.


di luar itu, berlatih… berlatih… dan berlatih, adalah kunci utama menghadapi masalah “Demam Panggung”. ingat “Perfect Practice Makes Perfect Performance !” bukan hanya “Practice Makes Perfect Performance”
Jadi , sekarang giliran kita untuk mencoba. Dalam satu buku, dikatakan bahwa lebih baik dicambuk dari pada berbicara di depan publik, tapi begitu mencoba, maka lebih baik ditembak dari pada berhenti . Jadi, give it your best Shot !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar