Senin, 08 September 2014

Rahasia Menjadi Bintang Pertunjukan (Mentalist)


Pertunjukkan mentalism pada dasarnya merupakan seni mempertunjukkan​ efek-efek yang nampaknya di luar nalar dalam suatu pertunjukkan. inti dari pertunjukan mentalism ini terletak pada kemampuan mentalist untuk merangsang dan mengatasi rasa tidak percaya penontonnya.
 
Merupakan kesalahan besar untuk beranggapan bahwa penerimaan penonton terhadap kemampuan indra ke enam (ESP) seorang mentalist cukup untuk melakukan suatu pertunjukkan mentalism yang sukses dan memukau. Pandangan seperti ini menjadi penyebab banyaknya kegagalan dalam pertunjukkan mentalism (dan hal itu banyak terjadi), sehingga tak ada bedanya antara seorang mentalist (sebagai penghibur) dengan seorang paranormal dalam soal psikis dan fenomena supranaturalnya​.
 
Kalau begitu, hal apakah yang mampu menjadikan suatu pertunjukkan mentalism itu bagus ? Tentu saja ada banyak faktor, tetapi hal utamanya adalah pertunjukkan itu harus menghibur. Siapa saja yang berpikir sebaliknya dan berani mempertontonkan​ suatu pertunjukkan yang dibuat-buat merupakan perbuatan yang bodoh dan egoistis. Jika seorang mentalist merasa pertunjukkan efek mentalnya akan menyebabkan penonton duduk terkagum-kagum dengan keahliannya, ia salah besar.
 
Banyak mentalist dewasa ini berusaha mempertunjukkan​ suatu imagi atau efek bertipe superman (serba bisa), hal seperti itu untuk sementara dapat membuat penonton ternganga, tetapi untuk seterusnya mereka akan meninggalkannya​. Ada aturan sederhana yang harus mentalist lakukan sekuat tenaga agar disukai penontonnya, jika seorang mentalist tidak mampu untuk mengajak penonton berinteraksi, misalnya ikut berpartisipasi secara sukarela, ia gagal melakukan pertunjukkan.
 
Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang mentalist dalam melakukan aksinya :
 
Manfaatkan Bahasa Tubuh
Tentunya kita tahu bahwa suksesnya sebuah penampilan didasarkan pada 55% bahasa non verbal dan 45% apa yang anda sampaikan secara verbal. Sedemikian dahsyatnya bahasa non verbal yang seringkali menghadirkan pernafsiran berbeda untuk yang melihatnya.
Lantas bagaimana pengaruh bahasa non verbal seorang mentalist terhadap kemampuan mempertunjukan keahliannya baik di panggung (stage) atau jarak dekat (close up) ?
Saat seorang mentalist tampil dia mengirimkan sejumlah sinyal berbeda kepada penonton. Sinyal yang paling nyata adalah komunikasi nonverbal, seperti penampilan, gerak fisik, dan perangainya. Mentalist mengirimkan pesan kepada para audiens melalui perilaku dan gerakan bawah sadarnya. Itu sebabnya seorang mentalist harus mengatur bahasa tubuh sebaik-baiknya.​ Tanpa disadari, penonton akan menjadi terdiam memandang mentalist di atas panggung diiringi rasa penasaran. Mungkin saja mereka sedang menilai apa yang dipertunjukan dalam sikap diam mereka. Tapi, seorang mentalist tak perlu takut atau gugup menghadapinya.
Sebenarnya gerak tubuh memiliki manfaat tersendiri bagi penampilan seorang mentalist. Gerak tubuh membantu mentalist untuk menjelaskan atau mengklarifikasi​ arti. Misalnya saja, mentalist bisa memanfaatkan gerakan menaikkan alis, memonyongkan bibir, atau mengangkat bahu untuk menegaskan pesan yang ingin disampaikannya.
 
Contohnya saat mentalist menceritakan kisah yang dramatis. Sesuaikan ekspresi dan gerakan tangan mentalist sejalan dengan alur cerita. Waktu tegang, berikan ekspresi muka yang tegang diikuti gerakan tangan dan tubuh yang mengekspresikan​ ketegangan. Begitu pula dengan kisah lucu atau sedih yang perlu diiringi ekspresi yang mengesankan. Sedikit teatrikal bisa menjadi bumbu dalam cerita. Namun jangan berikan gerak tubuh yang berlebihan. Gerak tubuh yang berlebihan hanya akan mengganggu penampilan seorang mentalist.
 
Cara yang paling sederhana adalah dengan memanfaatkan tatapan mata. fokuskan mata pada seseorang dan berikan perhatian khusus padanya. Lalu alihkan tatapan mata kepada orang lain dan ulangi cara itu kepada penonton (audiens) yang lain berganti-ganti.​ Mata mentalist tak harus menatap para penonton dengan pola tertentu seperti menatap satu persatu, lakukan dengan rileks dan jangan kaku.
Tatapan mata menjadi penting, sebab cara ini dapat membantu mentalist memonitor perhatian penontonnya. Mentalist dapat merasakan apakah mereka juga menaruh perhatian atau menatapnya. apabila penonton terlihat senang dan mendapat kenyamanan saat melihat penampilan seorang mentalist. Tatapan mata mampu menggelorakan hasrat, karena tatapan langsung bisa memicu aktivitas di pusat otak penonton.
 
Sikap berdiri mentalist pun harus diperhatikan. Berdirilah dengan kuda-kuda yang baik di atas lantai ruangan dengan melebarkan kedua kaki dengan jarak berkisa 15-30 cm. Mentalist harus menyeimbangkan diri dan relaks. Jaga posisi dada dalam keadaan membusung, dan luruskan tulang belakang sampai perut terasa ditarik kea rah dalam, napas seditik ditaha. Jagalah kepala dalam posisi tegak dengan posisi dagu sedikit ke atas. Sementara itu biarkan posisi tangan secara alami berada di samping tubuh dan angkatlah ketika mentalist memulai penampilannya. Telapak tangan pada posisi terbuka dengan jari-jari yang sedikit melekuk. Lakukanlah latihan terhadap posisi tubuh tersebut agar menjadi lebih mudah dan terbiasa.
 
Masih banyak gerak tubuh lain yang harus mentalist perhatikan. Gerak isyarat, gerak tubuh, serta bagaiman menimbulkan kesan pertama yang luar biasa tak kalah penting dalam penampilan mentalist di atas panggung atau pun dalam pertunjukan jarak dekat.
 
Tak hanya seorang aktor yang harus menguasainya, mentalist pun dapat memanfaatkannya​ sebagai panah untuk sasarannya. Buatlah mereka terhipnosis tidak hanya dengan isi pesan yang akan disampaikan, tetapi juga penampilan. Jadikan penampilan mentalist menjadi kesan tak terlupakan bagi para penonton.
 
Pahami Spikologi Penonton
modalitas penonton dalam menerima informasi secara psikologis dapat di kreteriakan menjadi 3 kreteria dasar yaitu visual, auditory dan kinestetik.
 
Visual :
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Atau menyerap informasi dari apa yang dilihat oleh mata. Beberapa ciri dari orang-orang visual di antaranya adalah:
• Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
• Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada artinya saat di dalam kelas
• Pembaca cepat dan tekun
• Lebih suka membaca daripada dibacakan
• Rapi dan teratur
• Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian ataupun penampilan keseluruhan
• Teliti terhadap detail
• Pengeja yang baik
• Lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis

 
Auditory :
Modalitas auditory adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditory ini. Ciri-ciri orang-orang auditorial, di antaranya adalah:
• Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan
• Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
• Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
• Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.
• Bagus dalam berbicara dan bercerita
• Berbicara dengan irama yang terpola
• Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
• Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
• Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
• Suka musik dan bernyanyi
• Tidak bisa diam dalam waktu lama
• Suka mengerjakan tugas kelompok

 
Kinestetik :
Modalitas kinestetik di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri orang-orang kinestetik, di antaranya adalah:
• Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak
• Berbicara dengan perlahan
• Menanggapi perhatian fisik
• Suka menggunakan berbagai peralatan dan media
• Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
• Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
• Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
• Belajar melalui praktek
• Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
• Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
• Banyak menggunakan isyarat tubuh
• Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
• Menggunakan kata-kata yang mengandung akso
• Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita
• Kemungkinan tulisannya jelek
• Ingin melakukan segala sesuatu
• Menyukai permainan dan olah raga.

 
Apabila seorang mentalist bisa menguasai ketiga tipe di atas, maka akan sangat memudahkan bagi seorang mentalist untuk berkomunikasi dengan setiap orang, dengan mengetahui tipe apa yang dimiliki penontonnya.
 
Misalnya, jika mentalist ingin mendekati tipe seorang yang kinestetis maka sentuhlah hatinya. Karena tipe ini kurang mengungkapkan apa yang ia rasa, bukan berarti dia tidak mengungkapkan tetapi dia mengungkapkan dalam hatimya.
 
Sedangkan untuk mereka yang mempunyai tipe visual, mereka cenderung memperhatikan apa yang disekeliling mereka.
 
Dan untuk tipe auditory, mereka lebih menyerap apa yang dia dengar ketimbang apa yang dia lihat.
 
Jenis-jenis komunikasi non verbal yang dapat dilakukan mentalist saat mempertunjukan aksinya bersadarkan modalitas penontonnya :
 
Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
 
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non verbal dengan komunikasi non lisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi non verbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun non verbal.
 

Komunikasi objek
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan rias (make up) dan pakaian (costum/wordrop​) . Orang sering dinilai dari penataan penampilan wajah dan jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya seorang mentalist identik seperti layaknya pesulap yang lain menggunakan pakaian berwarna hitam. Seorang mentalist kadang menggunakan riasan tertentu untuk menguatkan karakternya saat sang mentalist mempertunjukan keahliannya.
 
Sentuhan
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi non verbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negative. Tehnik sentuhan ini banyak digunakan oleh para mentalist dalam menyugesti penikmat pertunjukannya karenan tehnik ini sangat akurat dan efektif.
 
Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality). Sebuah efeck mentalist akan terasa menjenuhkan apa bila sang mentalist tidak akurat memperkirakan waktu pertunjukannya.
 
Gerakan tubuh
Dalam komunikasi non verbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasika​n atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau mengendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan. 

Gerakan tubuh ini juga banyak digunakan oleh para mentalis menjadi salah satu rahasia efeck mentalistnya. Beberapa mentalis profesional mengadakan latihan tersendiri dengan disiplin yang sangat ketat dalam rangka mengolah tubuhnya agar mendukung segala pertunjukan mentalistnya. Jangan heran apa bila seorang mentalis tenyata belajar menari atau belajar salah satu canang bela diri.
 
Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
•Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
•Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing – masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
•Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
•Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

 
Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik.​ Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti “mm”, “e”, “o”, “um”, saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari. Seperti hal nya tubuh para mentalist juga melatih kemampuan vokalnya secara khusus dengan disiplin yang sangat ketat dalam rangka mengolah vokalnya agar mendukung segala pertunjukan mentalistnya.
 
Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.
 
Variasi budaya dalam komunikasi nonverbal
Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan keterpercayaan,​ dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya. Sagat penting bagi seorang mentalis mengetahui budaya dan kebiasaan dimana dia mempertunjukan kebolehannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar